Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang membolehkan sekolah buka hanya di zona hijau, atau sekitar enam persen dari total sekolah di Indonesia, mungkin melegakan hati orang tua murid. Setidaknya orang tua bisa bernapas lega karena risiko kesehatan anaknya bisa lebih terjamin bila belajar dari rumah.

Selama keputusan tersebut belum keluar banyak orang tua yang bimbang. Apakah lebih baik memindahkan anaknya sekolah dengan metode home schooling atau sekolah daring seperti yang sudah dilakukan beberapa bulan terakhir ini.

Bila murid di level SD ke atas umumnya memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, hal yang sama kurang berlaku untuk murid Pendidikan Usia Dini (PAUD) atau TK. Banyak orang tua murid usia dini menilai anaknya lebih baik cuti sekolah dulu.

Pemilik Sekolah TK Kirana di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Dian Hartiningsih, melihat ada penurunan jumlah murid di sekolahnya di tahun ajaran baru nanti. “Beda-beda tiap kelas ada yang drop 50 persen, ada yang tidak sampai, ada yang lebih,” katanya, Senin (15/6).

Keputusan pemerintah yang baru membolehkan murid PAUD kembali ke sekolah lima bulan setelah wilayahnya tembus zona hijau dipandang Dian bisa jadi membuat murid TK belum tentu sekolah secara fisik di sekolah pada tahun ini. Padahal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) paling sulit diterapkan ke anak usia PAUD.

“Anak usia PAUD itu pelajaran terbaik yang sifatnya hands on atau diberikan langsung. Memberikan worksheet bagi anak PAUD sebenarnya tidak efektif,” kata Dian.

Tapi di era pandemi Covid-19, Dian mengatakan sekolah harus bersifat fleksibel. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar secara tidak kaku. Artinya, sekolah harus lebih memahami kebutuhan tiap anak dan orang tua harus memiliki komitmen membantu anak belajar.

“Orang tua harus ingat, pendidikan anak adalah investasi. Mengesampingkan pendidikan anak sedari PAUD bisa jadi berdampak ke depannya, puluhan tahun dari sekarang,” kata Dian.

Dian berharap pemerintah juga melakukan penyesuaian kurikulum. “Harus bisa fleksibel, karena sekolah dari rumah itu berat bagi semua. Orang tua, murid, juga guru,” ujarnya lagi.

Kendala utama sekolah jarak jauh adalah akses internet dan kuota datanya. Dian juga berharap pemerintah cepat mencari solusi bagi kendala tersebut.

“Di Jakarta saja banyak guru yang kalau mau ngajar harus cari sinyal dulu yang bagus. Sementara kalau mengajar anak usia PAUD, guru kehilangan sinyal anak sudah bisa telanjur kehilangan mood,” sambungnya.

Penguatan terhadap guru disebut Dian tidak kalah penting. Sebab tidak semua guru mampu beradaptasi dengan cepat dan efektif.

Sumber berita: REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Inas Widyanuratikah, Arif Satrio Nugroho, Antara
https://republika.co.id/berita/qbyza2328/menjawab-kebutuhan-belajar-di-era-emnew-normalem
Cover photo: Andy Falconer on Unsplash